sumber: dreamstime.com |
Pada postingan sebelumnya saya telah membahas tentang resep ikan palumara (Uta Palumara) yang menjadi makanan favoritku sejak kecil. Akan tetapi, pada saat membahas resep tersebut saya sedikit bingung menggambarkan salah satu bahan utamanya yang di daerah saya disebut sebagai PATAHA DORO. Nah yang sempat membuat saya kebingungan adalah karena saya tidak tau apa Bahasa Indonesia dari pataha doro tersebut hehehe.... seharian mencari tahu dengan cara berguru pada om google tapi tidak membuahkan hasil. Kata pataha sendiri dalam Bahasa Bima sebenarnya berarti kemangi. Sedangkan Doro berarti gunung. Jadi, jika ditinjau dari segi bahasa, pataha doro = kemangi gunung. Well, tentunya saya tidak pernah menulis keyword "kemangi gunung" di google, kayaknya aneh aja :p.
Di Jogja sendiri sepengetahuan dan sepemahaman saya, tanaman ini sulit ditemukan. Karenanya, saya menepis jauh-jauh keinginan untuk memasak uta palumara sebab rasanya kurang mantap jika diganti dengan daun kemangi biasa. Sampai akhirnya, ketika berjalan-jalan di daerah belakang kos di daerah Janturan, saya menemukan pohon tersebut seakan tertanam rapi di halaman rumah salah satu penduduk. Usut punya usut ternyata sang empunya rumah adalah orang asli Bima juga hahaha... Dan itulah pertama kalinya saya menemukan pohon pataha doro di Jogja. #happy.
Cerita tentang pataha doro ternyata tidak berhenti sampai disitu. Ketika pas awal-awal saya menikah dan berdomisili di Jogja, tiba-tiba saya kangen dan kepingin makan uta palumara. Sayapun teringat akan kisah penemuan pohon pataha doro sekitar 5 tahun yang lalu. Akhirnya saya berhasil membujuk suami agar mau mengantar saya untuk memetik daun yang memiliki aroma khas tersebut. Disiang bolong kami bela-belain ke daerah Janturan yang jaraknya lumayan jauh dari kontrakan. Sebelumnya kami mampir dahulu ke tempat yang menjual tanaman hias, bukan untuk membeli tanaman hiasnya loh tapi untuk membeli pot beserta tanahnya. Tujuannya untuk dinanami pohon pataha doro tersebut hihihi...
Sampailah kami pada tempat yang dituju, dan voila.. tanaman tersebut sudah cukup banyak bahkan tumbuh liar di pinggir jalan dekat selokan disekitar rumah tadi. Pada awalnya saya berniat untuk meminta secara baik-baik pada yang empunya rumah, tetapi ketika melihat tanaman tersebut sangat banyak dan tumbuh liar di pinggir jalan, kami menganggap bahwa itu sudah menjadi milik umum jadi tak perlu meminta selama yang diambil yang berada di pinggir jalan, iya kan ^_^. Untuk membaca situasi, kami mutar-mutar dulu di sekitar TKP takut-takut ada yang liat (kayak maling ya?? ckckck malu aja kalo sampe ada yang liat kita ngambil tanaman di jalan-jalan gitu :D), setelah kondisi aman.. langsung disikat deh. Alhamdulillah pataha doro berhasil kami ambil dan bawa pulang bersama akar-akarnya karena memang niatnya untuk dibudidaya sendiri walau rada jijay juga soale ambilnya yang di pinggir selokan/got :D. Yah adanya itu, mau gimana lagi. Sebenarnya, misua malas ngantarin tapi dipikirnya saya lagi ngidam jadi dia mau juga padahal mah pas di cek masih satu garis ^_^.
Dirumah, pataha doro yang saya dapatkan dengan sedikit bersusah payah tersebut hanya mampu bertahan beberapa hari. Secara di kontrakan gak punya halaman. Karena di rumah tempat yang cukup mendapat sinar matahari hanyalah di kamar mandi, jadi kami menyimpan pot pataha doronya di kamar mandi. Saya pun jadi ragu ingin menggunakannya sebagai bahan masakan hingga akhirnya keinginan itu sirna dan si pohon mangkat T.T.
Nah minggu berikutnya, kami main ke tempat sodara di daerah Maguwoharjo sebut saja namanya Mbak Menik... Daerahnya masih sejuk karena terletak lumayan dekat dengan gunung merapi... ketika menikmati segarnya udara di depan rumah Mbak Menik, saya tersentak (lebay...) melihat rerimbunan tanaman perdu yang sangat subur dan tentu sangat tidak asing dimata saya. TADA...Dialah pohon pataha doro Y.Y,,, hadewh padahal sering main ke situ tapi gak pernah perhatiin.. selama ini sampai galau nyariin pohon pataha doro eh ternyata depan rumah saudara saya tumbuh dengan subur hampir tak terjamah hahaha Ternyata menurut suami Mbak Menik, tanaman tersebut kalo di Jawa biasanya buat nyekar. Jadi kalo mau beli, nanyanya di tempat orang jualan perlengkapan dan bunga-bunga buat nyekar, hmmm....
Nah inilah sekelumit cerita tentang pataha doro. Pada tulisan berikutnya insyaAllah pengen membahas Pataha doro dari sisi ilmiahnya yeee... semoga masih diberi kesempatan. Aamiinn ^_^
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan