I Not Stupid Too (Tionghoa: 小孩不笨二; Pinyin: xiǎohái bù bèn èr) adalah Film Singapura tahun 2006 yang merupakan sekuel dari film I Not Stupid. Film ini merupakan film komedi satir yang menggambarkan kehidupan, perjuangan, dan petualangan tiga pemuda Singapura: Tom yang berusia 15 tahun, adiknya Jerry yang berumur 8 tahun, dan teman Tom, Chengcai, yang berusia 15 tahun. Mereka memiliki hubungan yang buruk dengan orang tuanya. Film ini menunjukan masalah komunikasi yang buruk antara orang tua dan anak.
Film ini dirilis pada 26 Januari 2006. Pada Hong Kong Film Awards tahun 2006, I Not Stupid Too dinominasikan sebagai Film Asia Terbaik, namun kalah dengan Riding Alone for Thousands of Miles (sumber: wikipedia.com).
Bagiku, film ini mank layak di kasih bintang 5.
Jadi ingat isi SMS terakhirku untuk ibunda tercinta yah setidaknya terakhir sampai tulisan ini dipublish, hampir dua minggu yang lalu, "harusnya dulu ibu melahirkan robot bukan manusia yang bisa bebas ibu kendalikan" kasar memang tapi aku kehabisan kata-kata tuk membuat ibuku mengerti tentang apa-apa yang ku mau. Tuntutan tuk menjadi anak yang sholehah sangat kuat, tapi aku tidak bisa menjadi anak yang sholehah di bawah tekanan.
Orangtuaku menginginkan aku berbuat lebih dari yang pernah mereka ajarkan ke aku, itu tentu sangat membingungkan, dan menjadikanku serba salah. Ibu sudah berusaha dengan keras tuk membesarkan kami ke-5 anaknya, seorang diri. Dan itu adalah sesuatu yang sangat luar biasa bagiku, entahlah tidak ada yg salah, semua mungkin hanya masalah KOMUNIKASI. Tapi, jika memang komunikasi yang jd masalah, lama juga yah. Terhitung sejak SMP seingatku, atau bahkan sejak masih usia kanak-kanak (menurut penuturan ibuku) aku sudah berusaha tuk kabur dari rumah, dan hal itu akhirnya bisa terealisasi sekitar 7 tahun yang lalu, kabur berkedok kuliah hahahaha.... I Love my Family, tapi aku punya cara sendiri tuk menunjukkan cintaku itu yaitu dengan cara jauh dari rumah, karena hanya ketika aku jauhlah aku bisa merasa rindu dengan rumah dan keluargaku.
Sebagian besar kenanganku hanya seputar masalah pertengkaran dan pertengkaran, salahku karena hanya mampu mengingat sisi-sisi gelap, I am sorry. Tapi aku bersyukur sempat merasakan sebuah keluarga yang utuh, yang menjadi PR bagiku sekarang adalah bagaimana caranya agar bisa membahagiakan Ibuku, aku tidak ingin semuanya menjadi terlambat hanya karena aku mempertahankan egoku. Andai ayahku masih ada, biasanya ayahkulah yang jd pihak ketiga tuk mendamaikan aku dan ibuku. Tidak mungkin aku meminta maaf duluan, karena itu tidak ada dalam kamusku. Tapi aku sendiri heran, ketika aku berbuat salah terhadap orang lain, begitu mudah aku meminta maaf kepada mereka. Apa karena aku anak durhaka? Sepertinya ada yang salah denganku (berpikir.com).
NB: aslinya mau bahas film kok malah jd curhat =)).
Jadi ingat isi SMS terakhirku untuk ibunda tercinta yah setidaknya terakhir sampai tulisan ini dipublish, hampir dua minggu yang lalu, "harusnya dulu ibu melahirkan robot bukan manusia yang bisa bebas ibu kendalikan" kasar memang tapi aku kehabisan kata-kata tuk membuat ibuku mengerti tentang apa-apa yang ku mau. Tuntutan tuk menjadi anak yang sholehah sangat kuat, tapi aku tidak bisa menjadi anak yang sholehah di bawah tekanan.
Orangtuaku menginginkan aku berbuat lebih dari yang pernah mereka ajarkan ke aku, itu tentu sangat membingungkan, dan menjadikanku serba salah. Ibu sudah berusaha dengan keras tuk membesarkan kami ke-5 anaknya, seorang diri. Dan itu adalah sesuatu yang sangat luar biasa bagiku, entahlah tidak ada yg salah, semua mungkin hanya masalah KOMUNIKASI. Tapi, jika memang komunikasi yang jd masalah, lama juga yah. Terhitung sejak SMP seingatku, atau bahkan sejak masih usia kanak-kanak (menurut penuturan ibuku) aku sudah berusaha tuk kabur dari rumah, dan hal itu akhirnya bisa terealisasi sekitar 7 tahun yang lalu, kabur berkedok kuliah hahahaha.... I Love my Family, tapi aku punya cara sendiri tuk menunjukkan cintaku itu yaitu dengan cara jauh dari rumah, karena hanya ketika aku jauhlah aku bisa merasa rindu dengan rumah dan keluargaku.
Sebagian besar kenanganku hanya seputar masalah pertengkaran dan pertengkaran, salahku karena hanya mampu mengingat sisi-sisi gelap, I am sorry. Tapi aku bersyukur sempat merasakan sebuah keluarga yang utuh, yang menjadi PR bagiku sekarang adalah bagaimana caranya agar bisa membahagiakan Ibuku, aku tidak ingin semuanya menjadi terlambat hanya karena aku mempertahankan egoku. Andai ayahku masih ada, biasanya ayahkulah yang jd pihak ketiga tuk mendamaikan aku dan ibuku. Tidak mungkin aku meminta maaf duluan, karena itu tidak ada dalam kamusku. Tapi aku sendiri heran, ketika aku berbuat salah terhadap orang lain, begitu mudah aku meminta maaf kepada mereka. Apa karena aku anak durhaka? Sepertinya ada yang salah denganku (berpikir.com).
NB: aslinya mau bahas film kok malah jd curhat =)).
"yahh... meski gak boleh baca tapi klo sekedar komen, boleh kan...
ReplyDelete