Teringat kembali masa-masa dimana hari-hariku adalah buku, Qur'an, dan nasyid. Kewajiban lebih banyak daripada waktu (kata-kata syaikh Hasan Al-Bana) selalu memacuku tuk berusaha melalui hari-hari tanpa kesia-siaan. Bercita-cita tuk menempuh S1 di perguruan tinggi ternama di tanah jawa, S2 di Sorbone Perancis, dan S3 di al-Azhar Kairo atau di Inggris, hmmm... di Amerika juga boleh. Membuatku bersemangat untuk ikut beberapa bimbel jarak jauh. Menjadi pakar nuklir, yeaahh impian yang nyaris sempurna. Begitu indah jika semua itu terwujud, meski terasa kian menjauh. Terlalu tinggi memang, tapi apalah susahnya bermimpi, gratis pula... tapi kalo pas jatuh rasanya sakit banget hihihihi
-Sama halnya dengan jatuh cinta. Namanya juga jatuh pasti gak jauh-jauh dari yanga namanya sakit (kecuali jatuh di sofa yang empuk) (eits mulai gak fokus, efek mikirin teman yang curhat di tinggal nikah sama org yang dia cintai hahahaha)-
Dan kini ku hanya termenung memikirkan masa depan baik masa depan di dunia maupun di akhirat kelak. Hidup penuh misteri dan sang waktulah detektifnya. Tak memiliki keahlian apapun sebagai bekal di dunia, dan ibadah tak ada yang bisa di banggakan sedikitpun untuk bekal di negeri akhirat. Akan tetapi setidaknya masih ada secercah harapan, setelah melewati masa-masa sulit kemarin, masa-masa sepeninggal ayahanda tercinta (semoga Allah mengampuni dosa-dosanya, dan menempatkan beliau di tempat yang mulia di sisi-Nya, aamiin). Meski posisinya tak akan pernah tergantikan, akan tetapi Allah menghiburku dengan mengutus "malaikat" tak bersayapnya, tapi berjenggot huahahahaha...
Ahad, 16 Februari 2014 menjadi hari yang bersejarah. Hari dimana rumahku seketika menjadi ramai oleh sanak famili, dan para tetangga. Hari yang membuatku merasa bahagia, deg-degan, dan sedih.
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan