cukuplah kalimat tersebut mewakili apa yang ada dalam pikiranku sekarang, teringat kata-kata mbak dani tadi siang " apakah kita termasuk orang-orang melankolis yang sibuk meratapi masalah-masalah pribadi kita dengan mengabaikan masalah umat?? begitu egoisnya kita." ah, kata2 itu menghujam kuat -ibarat anak panah- tepat d jantungku... Sudah cukup... Sudah cukup... sudah cukup...
***
Perasaan telah menawan akal sehatku pada suatu hal yang justru akan membunuhku dari dalam secara pelan-pelan, aku sadari betul, namun entah kenapa justru ku sangat menikmatinya...
Bisikan-bisikan iblis, menghanyutkan semangadku, terkadang aku rindu dengan diriku yang dahulu. Ah begitu jauh kaki ini kubawa pergi, berlari ke lembah hitam. Tak ada yang menyadarinya karena penyamaranku begitu sempurna. Ternyata hatiku masih dipenuhi sifat-sifat iblis, pintar sekali ku sembunyikan kebencian itu dalam senyum2 nakalku, tanpa beban sedikitpun. Bergaul layaknya manusia normal, padahal ketika ku hadapakan diriku pada cermin di dinding kamarku kala malam nan gelap... yang nampak tak lebih dari mayat hidup. Rambut panjang terurai, dengan balutan gaun putih yang menjulur ke lantai, wajahnya yang pucat, dan matanya yang tajam menatapku dari balik cermin itu... Ah dia begitu dekat, sampai-sampai aku tak bisa membedakan antara dia dan aku...
Selama ini, Wanita itu selalu setia menemani kesendirianku, sekilas dia menawarkan sebuah persahabatan, dan dia seorang sahabat yang sangat menyenangkan memank... Selalu menghiburku, meringankan beban-beban ketika hidup terasa berat. Tapi terkadang aku merasakan sebuah keanehan dalam dirinya, dia begitu senang jika aku seharian mengurung diri di kamar, "kamu temanin aku aja di sini" bisiknya, dia tidak suka jika aku harus bergaul dengan teman2ku yang lain... seakan terhipnotis akupun meng-iya-kannya... seringkali kulihat tatapan2 gak mengenakkan tiap kali teman2ku yang lain sekedar main di kamarku.. dia juga nampaknya kurang senang tiap kali aku harus memotong kisah2nya karena aku harus beranjak tuk sholat, tiap ku sholat dia hanya berdiri di sudut kamar, menatapku dengan penuh amarah... "maaf kawan, untuk hal yang satu ini aku tidak bisa mengkompromikannya, karena ini menyangkut pertanggungjawabanku pada Tuhan-ku kelak" jelasku suatu hari, saat itu dia hanya merengut sambil berucap " tidak cukupkah aku sebagai sahabatmu?? selama ini aku begitu setia mendengar cerita2mu, keluh kesahmu akan kehidupan, dimana Tuhanmu ketika kau merasa sendiri?? bukankah aku yang selama ini selalu menemanimu tiap kali kau merasa terjatuh??" aku hanya diam saat itu...
***
"tok tok tok, assalamu'alaykum"
kulihat ada yang PiEm lewat chat d efbi, sayyidah khoirunnisa... lamunankupun buyar... kulihat jam dindingku sudah menunjukan pukul 04.30 am... etdah, pantes neh body kok gak enak banget, dah pagi toh :D, mo tidur nanggung, mana lom ngerjain peer bahasa arab, n ntar jam sembilan harus ngampus, bukan wat ngurusin kuliah tapi berkaitan ma dakwah, terus d lanjut lagi ma kursus bhsa arab mpe sore, yah paling bisa nutupin mata sorenya itu... hhooooooaaaaaammmmmm...
Btw, kisah d atas hanya ada dalam khayalanku, tapi kasian banget kalo ada seorang pengemban dakwah seperti itu, menjadikan sisi buruk dalam dirinya sebagai penuntun, mengenyampingkan Tuhan-nya. Hanya bergelut dengan masalah2 pribadi, kuat hanya pada saat merasa senang, tapi lemah begitu ujian datang. Dia tidak akan pernah menghasilkan. Dia menarik diri dari kehidupan dunia dan lebih memilih bersahabat dengan dunia khayalnya... dimana ideologi yg selama ni dia emban?? berarti ideologi itu belum cukup menginternalisasi di dalam dirinya,... na'udzubillah...
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan