Tuesday, March 3, 2009

SINERGISITAS DALAM DAKWAH

Muqaddimah


Pasca runtuhnya Daulah Khilafah Islamiyah di Turki pada tanggal 3 maret 1924 M atau bertepatan dengan 28 rajab 1428 H, umat Islam diseluruh dunia mengalami kemunduran berpikir di berbagai aspek kehidupan. Kemunduran berpikir kaum Muslimin pada saat itu menjadi faktor utama terjadinya musibah besar tersebut. Kaum Muslimin pada saat itu kehilangan identitas ke-Islamannya.

Mencermati kejadian-kejadian tersebut, sebagian kaum muslimin yang sadar akan musibah besar yang tengah menimpa umat tersebut mulai bangkit dan bergerak. Mereka mengemban dan mendakwahkan Islam, memperjuangkannya agar tegak di muka bumi, serta menjalankan amar ma’ruf nahi munkar. Namun demikian, tidak jarang dari aktivitas dakwah ini yang mengalami kegagalan dalam perjuangannya, seperti tidak tercapainya tujuan dakwah itu sendiri. Hal ini bisa bahkan sering terjadi karena berbagai faktor yang bisa saja datang dari dalam diri pengemban dakwah tersebut (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal).

Faktor internal ini banyak menimpa aktivis dakwah itu sendiri. Banyak dari aktivis dakwah yang kurang bisa membagi waktunya sehingga aktivitas dakwah seringkali terbengkalai. Aktivitas dakwah kadangkala hanya bertumpu pada orang-orang tertentu saja (kurang bersinergi/kurang kerjasama) antar aktivis dakwah, begitu juga dengan kurang adanya skala prioritas dalam menentukan aktivitas dakwah dengan aktivitas pribadi. Hal ini sedikit banyak tentu saja dapat mengganggu aktivitas dakwah.



Pembahasan


Islam adalah agama dakwah. Salah satu inti dari ajaran Islam adalah perintah kepada umatnya untuk berdakwah, yakni mengajak manusia ke jalan Allah (tauhid) dengan hikmah (hujjah atau argumen). Kata dakwah sendiri secara etimologi berarti do’a, seruan, panggilan, ajakan, undangan, dorongan, dan permintaan. sedangkan secara terminologi berarti menyeru, dan mengajak manusia untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan ajaran Islam sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Ali-Imron:104


Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”


Dari ayat ini nampak jelas kewajiban berdakwah bagi setiap muslimin dalam suatu jama’ah. Ketergabungan kita ke dalam sebuah gerakan dakwah hukumnya adalah wajib. Namun tentu saja ketergabungan saja belumlah cukup, sebelum kita benar-benar memperoleh tujuan pokok dari dakwah yang kita emban. Oleh karena itu, sebagai suatu jama’ah, maka di dalamnya dibutuhkan adanya kesinergian yang selalu terpupuk dengan baik dalam tiap diri pengemban dakwah. tentu saja hal ini bukanlah hal yang mudah sebelum kesemua dari anggota jama’ah tersebut memiliki ruh jama’i dalam dirinya. ia sadar bahwa dirinya merupakan bagian tak terpisah dari jama’ah.


Banyak sekali hal-hal yang menunjukkan betapa penting dan mendesaknya seseorang, khususnya pengemban dakwah untuk menanamkan ruh jama'i. Diantaranya adalah :
1. Orang yang sendirian akan lebih mudah di goda oleh syaitan. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah H.R At-Tirmidzi yang artinya: diharuskan pada kalian berpegang teguh pada jama’ah, dan jauhilah oleh kalian perpecahan. sebab, syaitan itu bersama orang yang seorang diri serta syaitan itu lebih jauh dari orang yang berdua ( dibandingkan dengan ornag yang sendirian).
2. Rasulullah saw menegaskan bahwa orang yang sendirian akan mudah dihancurkan dibandingkan dengan orang yang berjama’ah.
3. Allah SWT memerintahkan kepada umatNya untuk berjama’ah di dalam berdakwah seperti yang disebutkan dalam surat Ali-Imron:104.
4. Perbuatan Rasulullah pun sejak dari Makkah menunjukkan hal ini. Sampai-sampai dalam AL-Qur’an kelompok Rasul dan para sahabatnya di gelari Hizbullah (partai Allah). Tidak mungkin yang namanya partai seorang diri.
5. Mewujudkan kehidupan Islam adalah kewajiban. Padahal, hampir mustahil mewujudkannya dengan sendirian melainkan harus berjama’ah.
6. Di sisi lain, ada ka’idah usul yang digali dari banyak ayat dan hadits oleh para ulama shalih “sesuatu kewajiban yang tidak sempurna kecuali dengan adanya sesuatu maka sesuatu itu wajib pula adanya”. Berdasarkan ka’idah usul ini jelaslah berjama’ah dalam rangka menegakkan panji Allah SWT adalah suatu kewajiban. Bila tidak dilakukan, hanya ada satu kesimpulan yaitu bahwa ia berdosa.


Dengan demikian, kaum muslim saat berupaya memperjuangkan Islam akan berupaya bersama-sama secara terorganisir dan bersinergi. Hal ini dilakukan bukan sekedar dorongan akal, melainkan sebagai pemenuhan kewajiban dari Allah SWT Pencipta Manusia.
Orang yang dalam dirinya terdapat ruh jama’iy akan senantiasa sadar bahwa ia bagian dari jama’ah. Sangat mungkin perbuatannya akan berdampak pada jama’ah, baik dampak positif atau negative. Akhirnya, ia akan menampakkan dirinya untuk menjaga keutuhan dan wibawa jama’ahnya.


Diantara penampakan penting orang yang memiliki ruh jama’iy adalah:
1. Taat kepada pimpinan (amir). Tentu saja, kata’atan yang bukan maksiat kepada Allah SWT.
2. Perbuatannya senantiasa didasari oleh kepentingan pertimbangan jama’ah.
3. Konsisten dalam menjalani aturan administrative jama’ah. Tidak mungkin segala sesuatu apapun di muka bumi ini berjalan rapi bila tanpa aturan, “kebatilan yang terorganisir akan mengalahkan kebajikan yang tidak terorganisir” (sayidina Ali).
4. Rela berkorban demi membela Islam bersama-sama dengan jama’ah dan kaum muslim lainnya.
5. Menjaga nama baik jama’ah atau organisasi karena nama baik merupakan modal utama. Sekali citra buruk terbentuk, selama itu pulalah kesulitan untuk mengembalikannya akan di alami.
6. Mememelihara persatuan dan kesatuan jama’ah atau organisasi dalam upaya terus membina umat agar suatu waktu menjadi penerap, pemelihara, dan pembela Islam.


Untuk menumbuhkan ruh jama’iy tersebut dapat ditempuh dengan dua jalan. Pertama, dari masing-masing individu dengan berupaya menyatukan hati dan pikiran. Adapun cara-cara yang bisa di tempuh untuk menyatukan hati, antara lain sebagai berikut:
1. Memperkuat aqidah Islam.
2. Senantiasa memfokuskan diri pada tujuan yang sama.
3. Menghilangkan seluruh penyakit hati terhadap orang lain.
4. Selalu mendo’akan orang lain.
5. Sering-sering menjalin hubungan persaudaraan (silah ukhuwah).
6. Sering-sering mengingat kematian.


Adapun untuk menyatukan pemikiran, perlu mendalami tsaqofah jama’ah dengan matang sampai paham betul. Pemahaman yang sepotong-sepotong atau pemahaman yan samar-samar memungkinkan akan terjadinya friksi dalam pemikiran.
kedua, secara sistem dapat ditempuh dengan jalan:
1. Melakukan pembinaan sesuai dengan aturan yang seharusnya.
2. Berupaya untuk melibatkan setiap komponen agar memilki rasa pemilikan (sense of belonging) terhadap jama’ah dakwah.
3. Menempatkan anggota di dalam aktivitas sesuai dengan kemampuannya.


Dengan demikian, ruh jama’iy para pengemban dakwah dapat terbentuk dari dua sisi, individual dan sistemik. Kebersamaan adalah salah satu modal utama perjuangan Islam.


Kesimpulan


Terterapnya syariat Islam dalam naungan Daulah Islamiyah hanya bisa dilaksanakan oleh sebuah jamaah atau kelompok dakwah yang sinergis dan bersatu. Dari sini diharapkan pengemban dakwah dalam berdakwah selalu bersinergi terhadap pengemban dakwah lainnya, sehingga tujuan yang ingin diraih yaitu terwujudnya kemulyaan Islam di seluruh muka bumi bisa tercapai.


Ketahuilah bahwa kedudukan seorang pengemban dakwah disisi Allah amatlah tinggi dan tidak semua orang di beri kemuliaan untuk ڝmendapatkan gelar tersebut. jangan sampai kita termasuk orang-orang yang berguguran di jalan dakwah ini. AllahuAkbar!!


Referensi:


Uwaidhah, Mahmud Abdul Latif. 2003. Pengemban Dakwah, Kewajiban dan Sifat-sifatnya. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah.
Mahmud, Ahmad. 2003. Dakwah Islam 2. Bogor: Pustaka Thariqul Izzah.
Kurnia, MR. 2005. Melejitkan Energi Rasa Memiliki. Bogor: Al-Azhar Press.
Al-Aql, Nasir Abdul Karim. 2003. Gerakan Dakwah Islam. Jakarta: Darul Haq.
Kurnia, MR. 2003. Mengokohkan Ruh Jama’i. Bogor: Al- Azhar Press
Solihin.2007.Bersiaplah Untuk Berdakwah.Bogor:Al-Azhar Press


Ditulis oleh aleyna dan dewi untuk dipresentasikan pada Dirosah Pelajar, 26 Agustus 2007.

Janganlah menunggu dimotivasi untuk bergerak,
Tapi bergeraklah karena disana ada motivasi !!!

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan

Template by:

Free Blog Templates